Tudingan AS ke Harvard: Ada Kaitan dengan PKC, Pro Teroris

4 weeks ago 5
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 Instagram/@sec_noemMenteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem di Foto: Instagram/@sec_noem

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mencabut SEVP milik Universitas Harvard. SEVP adalah Program Pertukaran Pendatangan Pelajar di AS, yang memungkinkan bagi Harvard menerima mahasiswa internasional.

Sementara pencabutan sendiri dilakukan oleh Menteri Departemen Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem, pada Kamis (22/5).

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Dikutip dari laman resmi Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, Harvard dinilai melanggar sejumlah hal.

"Petinggi Harvard telah menciptakan kawasan yang tidak aman, dengan menyediakan ruang bagi gerakan anti-Amerika, pro-teroris, yang bahkan mengganggu secara fisik banyak mahasiswa Yahudi," kata Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, dikutip Sabtu (24/5).

Selain itu, Harvard juga dituding menampung para agitator. Tak jelas yang dimaksud agitator ini, tapi AS mengaitkannya dengan hubungan antara Harvard dan Partai Komunis China (PKC).

"Banyak agitator yang merupakan pelajar asing. Harvard memfasilitasi mereka, lalu terlibat berkoordinasi dengan PKC, termasuk melatih anggota PKC yang terlibat genosida di Uyghur," kata Departemen Keamanan Dalam Negeri.

Orang-orang berjalan di kampus Sekolah Bisnis Universitas Harvard di Cambridge, Massachusetts, AS, Selasa (15/4/2025). Foto: Faith Ninivaggi/REUTERSOrang-orang berjalan di kampus Sekolah Bisnis Universitas Harvard di Cambridge, Massachusetts, AS, Selasa (15/4/2025). Foto: Faith Ninivaggi/REUTERS

Pencabutan SEVP ini sebetulnya tidak serta merta terjadi. Telah terjadi gesekan sebelumnya.

Pada 16 April 2025, Noem meminta Harvard memberi informasi tentang kegiatan kriminal dan tak pantas oleh para mahasiswa asing mereka di kampus. Noem mengatakan, jika tidak dipatuhi, maka SEVP dicabut.

"Harvard menolak memberi informasi yang diminta, dan mengabaikan permintaan dari Kantor Daerah. Maka, Menteri Noem hanya menepati janjinya untuk melindungi para mahasiswa dari teroris dan simpatisannya mendapatkan manfaat dari pemerintah AS," papar Departemen itu.

Mereka juga menjabarkan alasan-alasan penguat seperti ada kelompok mahasiswa yang disebut Pro-Hamas terus mempromosikan sikap anti-semit usai serangan 7 Oktober 2023, dan tetap diberi beasiswa.

"Ada lagi peristiwa, di mana seorang mahasiswa Yahudi yang akan menceritakan pengalaman kakeknya selaku penyintas Holocaust, yang akhirnya mengungsi ke Israel. Cerita ini ditolak oleh penyelenggara, dan bahkan ditertawakan karena cerita itu tidak menarik," papar Departemen Keamanan Dalam Negeri.

Soal kaitan dengan PKC, Departemen Keamanan Dalam Negeri menjabarkan sejumlah tudingan keterkaitan.

 Thomas Peter/ReutersPembukaan Kongres Partai Komunis China oleh Presiden Xi Jinping Foto: Thomas Peter/Reuters

"Para peneliti Harvard berkolaborasi dengan para akademisi China dalam sebuah proyek yang didanai Iran, dan bekerja sama dengan Universitas di China untuk pengembangan militer. Termasuk pengembangan pesawat dan optik, menggunakan biaya Kementerian Pertahanan AS," terangnya.

Selain itu, Harvard juga dituding melatih dan mendidik anggota Korps Pekerja Produksi dan Konstruksi Xinjiang (XPCC), sebuah grup paramiliter PKC yang terlibat genosida di Uyghur.

"Bahkan setelah organisasi itu masuk ke daftar yang diwaspadai di AS pada 2020, mereka tetap melanjutkan hubungan hingga tahun 2024," kata Departemen Keamanan Dalam Negeri.

SEVP Ditangguhkan Pengadilan Federal Boston

Menanggapi hal tersebut, Harvard telah mengajukan aduan pada Jumat (23/5) ke pengadilan federal Boston.

Akhirnya, aduan Harvard itu diterima. Dikutip dari situs resminya, Pengadilan Federal Boston mengabulkan status quo keputusan pencabutan SEVP itu untuk sementara, sampai ada persidangan.

Berikut bunyi putusan itu:

'Memutuskan status quo, dan aduan penggugat dikabulkan. Maka, bagi para tergugat dilarang untuk:

a. Mengiplementasikan, melembagakan, atau memberlakukan pencabutan sertifikasi SEVP penggugat.

b. Memberikan kekuatan atau efek apa pun pada Pemberitahuan Pencabutan Departemen Keamanan Dalam Negeri tertanggal 22 Mei 2025'.

Read Entire Article